JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia pernah mendapat penghargaan dari Organisasi Pangan Dunia (FAO) pada tahun 1984 karena berhasil meningkatkan produksi beras sehingga mencapai swasembada beras dan meniadakan impor.
Keberhasilan tersebut disebabkan program pemerintah dalam revolusi hijau yang dimulai sejak awal tahun 1970-an dengan membangun berbagai infrastruktur pendukung sektor pertanian seperti pabrik pupuk, bendungan, dan irigasi teknis.
Akan tetapi, sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat, konsumsi beras terus meningkat dan sering melampaui produksi. Defisit produksi beras diatasi dengan impor dari berbagai negara untuk menambah stok di dalam negeri.
Indonesia mengimpor beras untuk mengendalikan harga di dalam negeri serta memenuhi cadangan beras pemerintah (CBP), apabila produksi dalam negen mengalami ganguan.
Lalu akankah Indonesia bisa menciptakan kemandirian beras?
Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Pos M Hutabarat dalam buku Pentingnya Stabilitas Pangan di Indonesia menyatakan sangat mungkin Indonesia bisa menciptakan kemandirian pangan khususnya beras.
Sebab jika dibandingkan dengan rata-rata produksi beras Indonesia, sudah cukup tinggi bahkan melampaui negara-negara lain di ASEAN.
“Kalau dilihat berdasarkan data USDA Foreign Agriculture tahun 2023, produktivitas beras di Indonesia mencapai 4,7 ton per hektar, lebih tinggi dari Malaysia, bahkan dari Thailand. Dengan begitu, kemandirian pangan khususnya beras sangat mungkin dicapa Indonesia mengingat rata-rata produksi beras di Indonesia sudah cukup tinggi dan melampaui negara-negara lain di ASEAN,” jelasnya dalam buku itu dikutip Selasa (18/6/2024).
Lebih lanjut dia menjelaskan, dengan menambah areal tanam padi dengan pengairan yang teratur setengah juta hektar, akan dapat meningkatkan produksi beras sekitar 2,3-2,5 juta ton per musim, sehingga Indonesia tidak perlu lagi mengimpor, bahkan berpotensi menjadi salah satu eksportir beras.